Sunday, October 4, 2009

~Ketika Cinta Bertasbih~

Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu
memesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah
menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara,
dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Semburat
cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai
menciptakan aura ketenangan dan kedamaian.
Di atas pasir pantai yang putih, anak-anak masih asyik
bermain kejar-kejaran. Ada juga yang bermain rumah-rumahan
dari pasir. Di tangan anak-anak itu pasir pasir putih tampak
seumpama butir-butir emas yang lembut berkilauan diterpa
sinar matahari senja.
Di beberapa tempat, di sepanjang pantai, sepasang mudamudi
tampak bercengkerama mesra. Di antara mereka masih
ada yang membawa buku-buku tebal di tangan. Menandakan
mereka baru saja dari kampus dan belum sempat pulang ke rumah.
Suasana senja di pantai rupanya lebih menarik bagi mereka
daripada suasana senja di rumah. Bercengkerama dengan
pujaan hati rupanya lebih mereka pilih daripada bercengkerama
dengan keluarga; ayah, ibu, adik dan kakak di rumah.
Di mana-mana muda-mudi yang sedang jatuh cinta sama.
Senja menjadi waktu istimewa bagi mereka. Waktu untuk bertemu,
saling memandang, duduk berdampingan dan bercerita
yang indah-indah. Saat itu yang ada dalam hati dan pikiran
mereka adalah pesona sang kekasih yang dicinta. Tak terlintas
sedikit pun bahwa senja yang indah yang mereka lalui itu akan
menjadi saksi sejarah bagi mereka kelak. Ya, kelak ketika masa
muda mereka harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang
Pencipta Cinta. Dan jatuh cinta mereka pun harus dipertanggung
jawabkan kepada-Nya: Di hadapan pengadilan Dzat
Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikit pun kezaliman dan
ketidakadilan di sana.
Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu
indah.Ia memandang ke arah pantai. Ombaknya berbuih putih.
Bergelombang naik turun. Berkejar kejaran menampakkan
keriangan yang sangat menawan. Semilir angin mengalirkan
kesejukan. Suara desaunya benar-benar terasa seumpama desau
suara zikir alam yang menciptakan suasana tenteram.
Dari jendela kamarnya yang terletak di lantai lima Hotel
Al Haram, ia menyaksikan sihir itu. Di matanya, Alexandria
sore itu telah membuatnya seolah tak lagi berada di dunia.
Namun di sebuah alam yang hanya dipenuhi keindahan dan
kedamaian saja.
Sesungguhnya bukan semata-mata cuaca dan suasana
menjelang musim semi yang membuat Alexandria senja itu
begitu memesona. Bukan semata-mata sihir matahari senja


yang membuat Alexandria begitu menakjubkan. Bukan semata-
mata pasir putihnya yang bersih yang membuat Alexandria
begitu menawan. Akan tetapi, lebih dari itu, yang membuat
segala yang dipandangnya tampak menakjubkan adalah karena
musim semi sedang bertandang di hatinya. Matahari kebahagiaan
sedang bersinar terang di sana. Bunga bunga kesturi
sedang menebar wanginya. Tembang tembang cinta mengalun
di dalam hatinya, memperdengarkan irama terindahnya.
Dan penyebab itu semua, tak lain dan tak bukan adalah seorang
gadis pualam, yang di matanya memiliki kecantikan bunga
mawar putih yang sedang merekah. Gadis yang di mata -
nya seumpama permata safir yang paling indah.
Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok
yang sedang menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa dan
masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang pesonanya dikagumi
banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan
fisiknya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi
yang telah diraihnya. Lebih dari itu, gadis itu adalah putri
orang nomor satu bagi masyarakat Indonesia di Mesir.
Dialah Eliana Pramesthi Alam. Putri satu -satunya Bapak
Duta Besar Republik Indonesia di Mesir. Hampir genap satu
tahun gadis itu tinggal di Mesir. Selain untuk menemani
kedua orangtuanya, keberadaannya di Negeri Pyramid itu
untuk melanjutkan S.2-nya di American University in Cairo
(AUC).
Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang
memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan prestasinya.
Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian. Sebab baru satu
bulan di Cairo, tulisan opininya dalam bahasa Inggris sudah
dimuat di koran Ahram Gazzette. Opininya menyoroti peran
Liga Arab yang mandul dalam memperjuangkan martabat
anggota-anggotanya. Liga Arab yang tak punya nyali berhadapan
dengan Israel dan sekutunya. Liga Arab yang hanya
bisa bersuara, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tulisannya rapi
runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang dengan
pengetahuan memadai, akan menilai tulisannya merupakan
perpaduan pandangan seorang jurnalis, sastrawan dan diplomat
ulung.
Karena opininya itulah ia langsung diminta jadi bintang
tamu di Nile TV. Di layar Nile TV ia berdebat dengan Sekjen
Liga Arab. Hampir seluruh masyarakat Indonesia di Mesir
menyaksikan siaran langsung istimewa itu. Baru kali ini ada
anak Indonesia berbicara di sebuah forum yang tidak sembarang
orang diundang. Sejak itulah Eliana menjadi bintang
yang bersinar di langit cakrawala Mesir, terutama di kalangan
mahasiswa Indonesia.
Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.l-nya di EHESS
Prancis itu sudah tiga kali tampil di layar televesi Mesir.
Sekali di NileTV. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang tak
kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon, Nawal
Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca. Selain karena ia
memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih
berbahasa Inggris dan Prancis.
Eliana, Putri Pak Dubes itulah yang membuatnya berada
di Alexandria dan tidur di hotel berbintang lima selama satu
pekan ini. Meskipun ia sudah berulangkali ke Alexandria,
namun keberadaannya di Alexandria kali ini ia rasakan begitu
istimewa. Ia tidak bisa mengingkari dirinya adalah manusia
biasa, bukan malaikat. Ia tak bisa menafikan dirinya adalah
pemuda biasa yang bisa berbunga-bunga karena merasa dekat
dan dianggap penting oleh seorang gadis cantik dan terhormat
seperti Eliana. Gadis yang membuat matahari kebahagiaan
sedang bersinar terang di hatinya.
Awalnya adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) yang mengadakan acara "Pekan Promosi Wisata dan
Budaya Indonesia di Alexandria". Beberapa acara pagelaran
budaya digelar di Auditorium Alexandria University selama
satu pekan. Selama itu juga ada promosi masakan dan makanan
khas Indonesia. Ada empat makanan yang dipromosikan
yaitu Nasi Timlo Solo, Sate Madura, Coto Makassar, dan..........cond

No comments:

Post a Comment